rasanya, waktu berjalan begitu cepat. entah ini sabtu keberapa aku menikmati pagi seorang diri dengan khayalan akanmu. menyesap teh hangat pagi ini nampaknya menjadi pilihan yang kurang tepat karena memori akan hangatmu kian menyangat dalam terpaan dingin angin pagi.
aah…
kembali aku menghardik terjangan bayangmu yang mulai mendatangkan sensasi wangi tubuhmu, serta sentuhanmu. ya, mungkin aku sudah hampir gila hingga mampu mengingat setiap inci tentangmu. ah, sudahlah, toh memang aku sudah hampir gila sejak mendapati perkuliahan yang memberi tugas tanpa ampun.
perkuliahan dan kamu telah membuatku hampir gila. nampaknya cukuplah itu menjadi sebuah etiologi gangguan jiwa. aksis 1 mungkin? atau aksis 2? ah, biarlah itu urusan psikolog yang nanti menanganiku jika aku benar – benar jadi gila.
dan entah mengapa masih juga kusesap teh yang justru semakin menyatakan bayangmu. semakin lama semakin kunikmati meski hati sedikit tersiksa. mungkin bukan teh ini yang membawa bayangmu, mungkin ini hanya proyeksiku atau ini yang namanya displacement dalam jajaran mekanisme pertahanan diri Freud?
Doh!
dadaku semakin terhimpit bayangmu. ada buncah yang tertahan disana. dan sungguh sesak ini lebih menyiksa ketimbang terhimpit bersamamu dalam pekat malam!
ck!
Rindu ini memang sialan!
Dunia si Bawel 
ehem,
rindu itu emang sialan, sialan banget bahkan
itu yg disebut konsekuensi 😀
endingnya sungguh tsk